Doha, 25 April 2024
Menjadi seorang muslim, kita harus menjaga hubungan; Habluminallah dan Habluminannas, yaitu hubungan kepada Allah yaitu kewajiban kita sebagai makhluk ciptaannya, seperti Sholat, Puasa, Zakat dsb nya, dan hubungan dengan sesama manusia.
Saya coba memahami mereka, karena kita harus coba "memakai sepatu mereka" dan berada di posisi mereka, kenapa mereka harus seperti itu? bukankah lebih nyaman kalau kita semua berteman, tanpa ada prasangka, tanpa merasa tersaingi dan sebagainya, tapi saya renungi, sepertinya ini memang terlahir dari watak dan lingkungan saat mereka di besarkan. Terlalu banyak warga negara, persaingan sangat sulit, ada tingkat sosial, ketidak mauan mereka kembali ke asal nya karena takut dengan asalnya sendiri, sudah merasa sangat nyaman di negara orang lain. Membuat mereka sangat agresif untuk bertahan di negeri Qatar ini (yang mungkin malah membuat mereka ter-deportasi).
Menjadi seorang muslim, kita harus menjaga hubungan; Habluminallah dan Habluminannas, yaitu hubungan kepada Allah yaitu kewajiban kita sebagai makhluk ciptaannya, seperti Sholat, Puasa, Zakat dsb nya, dan hubungan dengan sesama manusia.
Tapi terkadang dalam perjalanan hidup ada saja cobaan yang kita alami, yang terberat cobaan iman, apabila kita terus jauh dari Allah, lupa solat, tidak puasa, tidak membayar zakat. Semoga allah selalu merahmati kita, agar terus mengingat Allah. Dari dan untuk kembali. Serta semua tindak tanduk kita lakukan karena mengharap ridho Allah saja. titik.
Cobaan lain adalah hubungan kita terhadap sesama, baik sesama muslim atau ke non-muslim.
Doha sebagai kota didalam negara Qatar, sangat memudahkan kita untuk berhubungan dengan Allah, karena banyaknya masjid dan mushola di setiap jengkal, jadi tidak ada alasan untuk tidak melakukan ibadah wajib kita ini.
Di sisi lain karena makmurnya negeri Qatar ini, membutuhkan tenaga kerja dari seluruh dunia untuk memanfaatkan seluruh potensi nya untuk kemashlahatan. Tidak ada pembedaan antara pekerja muslim atau non-muslim.
Setelah saya amati dan renungi, saya amat sangat bersyukur diberikan Allah rahmat lahir di Indonesia di keluarga muslim, mengapa? karena kita orang Indonesia dan Muslim punya kelebihan di akhlak, tata krama dan adat istiadat. Kita orang Indonesia cenderung mengalah tidak suka jadi pusat perhatian, tetapi dalam bicara konteks performa pekerjaan, cukup baik atau luar biasa baik, dengan bukti banyak achiever orang Indonesia di perusahan-perusahaan Qatar. Tetapi orang Indonesia tidak banyak omong, lebih memilih diam dan tersembunyi, ini baik.
Dilain hal, beberapa rekan-rekan non-muslim dari asia (bukan Indonesia) cenderung punya watak yang bertolak belakang. Banyak bicara yang tidak bermanfaat di suatu forum, sangat disrespect orang lain di forum terbuka, dari cara bicara ataupun perangainya, saat berdiskusi terbuka cenderung bullying apabila lawan bicara ada setitik kesalahan, sangat ofensif untuk menutupi ketidak mampuan, sangat mengharap jadi "MVP" most valueable player, tetapi ini didapat dengan cara-cara culas dan rekayasa. Over confident dengan kemampuan dibawah rata-rata, yang malah membuat seluruh fungsi team pekerja terganggu.
Saya coba memahami mereka, karena kita harus coba "memakai sepatu mereka" dan berada di posisi mereka, kenapa mereka harus seperti itu? bukankah lebih nyaman kalau kita semua berteman, tanpa ada prasangka, tanpa merasa tersaingi dan sebagainya, tapi saya renungi, sepertinya ini memang terlahir dari watak dan lingkungan saat mereka di besarkan. Terlalu banyak warga negara, persaingan sangat sulit, ada tingkat sosial, ketidak mauan mereka kembali ke asal nya karena takut dengan asalnya sendiri, sudah merasa sangat nyaman di negara orang lain. Membuat mereka sangat agresif untuk bertahan di negeri Qatar ini (yang mungkin malah membuat mereka ter-deportasi).
Saya diskusikan hal ini dengan ahli agama islam, bagaimana memposisikan diri dengan orang seperti ini.
Ada 2:
1. Bersabar, Nabi Muhammad SAW apabila diserang pribadinya beliau tidak akan membalas, dan sebaik-baiknya watak seorang muslim adalah menjaga lisan nya, baik dalam keadaan amarah walau tidak. Kecuali, yang diserang adalah agama islam, kita wajib melawan.
2. Apabila menghindari kezaliman yang lebih ini diperbolehkan untuk melawan. Ambil contoh: A. ada pencuri yang mencuri karena lapar, ini bisa kita sikapi dengan sabar, tapi apabila B. pencuri adalah sebuah profesi, sabar terhadap hal ini malah salah, karena membiarkan kezaliman, ini harus di lawan.
Saya bangga sebagai warga Indonesia dan akan tetap berusaha menjaga adat saya untuk tetap baik, sopan dan tidak menjadi buruk atau jahat karena terlalu banyak berinteraksi dengan yang tidak baik. Wallahualam. Semoga Allah menjaga kita semua, merahmati dan membimbing tetap teguh Iman dan Islam.
Renungan ini bisa dibantu dengan doa (QS. Thoha: 25-28)
قَالَ رَبِّ اشۡرَحۡ لِىۡ صَدۡرِىْ ۙ ٢٥
وَيَسِّرۡ لِىۡۤ اَمۡرِىْ ۙ ٢٦
وَاحۡلُلۡ عُقۡدَةً مِّنۡ لِّسَانِیْ ۙ ٢٧
يَفۡقَهُوۡا قَوۡلِیْ ٢٨
“Musa berkata, ‘Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’ [Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28)
